Selasa, 06 Januari 2015

MUSEUM ISLAM PERTAMA KALI DI AUSTRALIA

MUSEUM ISLAM PERTAMA KALI DI AUSTRALIA













Dindingnya berwarna putih dengan kaligrafi berwarna abu-abu. Kaligrafi yang mengutip satu pesan dalam Quran di Surah Yusuf: Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.
Di depan dinding putih, panel dari baja berukuran hampir setengah dari dinding putih terlihat seperti disandarkan pada dinding tersebut. Pada beberapa bagian dari panel tersebut terdapat lubang-lubang kecil dengan ukuran yang satu sama lain tidak sama. Lubang-lubang yang akan mengingatkan pada titik-titik yang banyak dijumpai dalam lukisan suku Aborigin. Warna panel coklat tua adalah representasi dari warna khas tanah di pedalaman Australia.
Kombinasi yang hangat antara Islam, suku Aborigin, Australia tercermin dari tampak luar bangunan. Dinding putih adalah citra Islam, lubang-lubang pada panel baja adalah ciri khas Aborigin, dan warna panel baja yang kecoklatan mewakili warna tanah di Australia. Nuansa eksotis berpadu antara elemen kaca di lapisan bagian dalam ruangan dengan lubang-lubang pada panel baja. Di siang hari, cahaya matahari yang masuk melalui lubang-lubang tersebut dan memantul di dinding kaca. Cahaya tersebut menciptakan bukan hanya kegemerlapan tetapi juga mewujudkan sesuatu yang bening, sebening ajaran Islam.















Diantara dinding putih dan panel baja kecoklatan ada lorong kecil yang menjadi gerbang masuk ke Islamic Museum Australia. Lorong sepanjang kurang lebih tiga meter tersebut adalah jalan utama ke ruang lobi museum dan ruang meja resepsionis. Di ruangan ini sudah menunggu wanita berbusana muslimah, berjilbab rapi. Mereka dengan ramah menyambut setiap pengunjung yang datang. Di ruangan lobi dan resepsionis ini mata langsung dimanjakan oleh aneka karya seni Islam seperti pernak-pernik hiasan dinding, piring, atau mug bertuliskan kaligrafi.
Melewati ruangan resepsionis menuju ruangan galeri pengunjung akan melewati jalan yang menyerupai jembatan atau titian. Dari atas titian pengunjung bila menengok ke bawah akan melihat billabong mini. Billabong atau telaga adalah satu ciri khas Australia lainnya.



Islamic Museum of Australia memiliki lima galeri permanen. Galeri pertama adalah “Islamic Faith” yang berisi beberapa pengetahuan dasar tentang keyakinan dan praktik-praktik keseharian seorang muslim. Misalnya, tentang lima rukun Islam, tata cara busana seorang muslim, prinsip-prinsip makanan halal, dan lainnya termasuk sejarah dan silsilah para nabi dan rasul.
Di galeri kedua yang juga disebut galeri “Islamic Contribution to Civilization” pengunjung akan mendapatkan suguhan banyak inovasi dan temuan dalam dunia Islam yang menjadi kontribusi dalam peradaban umat manusia. Galeri ini memuat bagaimana sumbangsih Islam terhadap peradaban dunia dalam bidang astronomi, matematika, navigasi, kesehatan, sastra, dan bidang-bidang lainnya.




Pada galeri ketiga yakni galeri “Islamic Art” menyajikan beragam karya yang unik dan bernilai seni tinggi, kaligrafi, mosaik, dan kraft dari berbagai belahan dunia Islam. Karya-karya bersejarah dan karya-karya kontemporer bersenyawa dengan nafas dan ruh yang sama.
Setelah mengitari tiga galeri di lantai dasar maka untuk menuju dua galeri tersisa yakni galeri keempat dan kelima di lantai dua pengunjung bisa menggunakan tangga, atau juga bisa menggunakan lift. Galeri “Islamic Architecture” adalah galeri keempat yang akan mempertemukan setiap pengunjung dengan desain dan arsitektur Islam selama berabad-abad. Sedangkan pada galeri kelima atau galeri “Australian Muslim History” menyangkut data-data awal interaksi antara muslim dengan penduduk asli suku Aborigin. Jauh sebelum kedatangan Inggris di benua Australia, para nelayan dari Makassar, Indonesia, telah menjalin kontak dan hubungan dagang dengan suku Aborigin sekitar tahun 1700-an.

Islamic Museum of Australia diresmikan pada tanggal 28 Februari lalu dan mulai terbuka untuk publik per 3 Maret. Mulai direncanakan sejak 2010 dan secara fisik terealisasi pada 2014 ini. Penggagasnya adalah seorang warga negara Australia keturunan Uni Emirat Arab yakni Moustafa Fahour dan istrinya Maysaa Fahour. Luas bangunan 1500 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 2500 meter persegi. Total biaya pembangunan mencapai 10 juta dollar Australia.







Museum yang berjarak sekitar 11 kilometer dari pusat Kota Melbourne adalah museum Islam pertama di Australia. Tujuan utama pembangunan museum ini selain sebagai tempat untuk mempelajari Islam, juga sebagai jembatan kebudayaan antara Islam dan masyarakat Australia.














Tidak ada komentar :

Posting Komentar