Dindingnya berwarna
putih dengan kaligrafi berwarna abu-abu. Kaligrafi yang mengutip satu pesan
dalam Quran di Surah Yusuf: Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang
paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau
sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.
Di depan dinding putih,
panel dari baja berukuran hampir setengah dari dinding putih terlihat seperti disandarkan
pada dinding tersebut. Pada beberapa bagian dari panel tersebut terdapat
lubang-lubang kecil dengan ukuran yang satu sama lain tidak sama. Lubang-lubang
yang akan mengingatkan pada titik-titik yang banyak dijumpai dalam lukisan suku
Aborigin. Warna panel coklat tua adalah representasi dari warna khas tanah di
pedalaman Australia.
Kombinasi yang hangat
antara Islam, suku Aborigin, Australia tercermin dari tampak luar bangunan.
Dinding putih adalah citra Islam, lubang-lubang pada panel baja adalah ciri
khas Aborigin, dan warna panel baja yang kecoklatan mewakili warna tanah di
Australia. Nuansa eksotis berpadu antara elemen kaca di lapisan bagian dalam
ruangan dengan lubang-lubang pada panel baja. Di siang hari, cahaya matahari
yang masuk melalui lubang-lubang tersebut dan memantul di dinding kaca. Cahaya
tersebut menciptakan bukan hanya kegemerlapan tetapi juga mewujudkan sesuatu
yang bening, sebening ajaran Islam.
Diantara dinding putih
dan panel baja kecoklatan ada lorong kecil yang menjadi gerbang masuk ke
Islamic Museum Australia. Lorong sepanjang kurang lebih tiga meter
tersebut adalah jalan utama ke ruang lobi museum dan ruang meja
resepsionis. Di ruangan ini sudah menunggu wanita berbusana muslimah, berjilbab
rapi. Mereka dengan ramah menyambut setiap pengunjung yang datang. Di ruangan
lobi dan resepsionis ini mata langsung dimanjakan oleh aneka karya seni Islam
seperti pernak-pernik hiasan dinding, piring, atau mug bertuliskan kaligrafi.
Melewati ruangan
resepsionis menuju ruangan galeri pengunjung akan melewati jalan yang
menyerupai jembatan atau titian. Dari atas titian pengunjung bila menengok ke
bawah akan melihat billabong mini. Billabong atau telaga adalah satu ciri
khas Australia lainnya.
Islamic Museum of
Australia memiliki lima galeri permanen. Galeri pertama adalah “Islamic Faith”
yang berisi beberapa pengetahuan dasar tentang keyakinan dan praktik-praktik
keseharian seorang muslim. Misalnya, tentang lima rukun Islam, tata cara busana
seorang muslim, prinsip-prinsip makanan halal, dan lainnya termasuk sejarah dan
silsilah para nabi dan rasul.
Di galeri kedua yang
juga disebut galeri “Islamic Contribution to Civilization” pengunjung akan
mendapatkan suguhan banyak inovasi dan temuan dalam dunia Islam yang menjadi
kontribusi dalam peradaban umat manusia. Galeri ini memuat bagaimana
sumbangsih Islam terhadap peradaban dunia dalam bidang astronomi, matematika,
navigasi, kesehatan, sastra, dan bidang-bidang lainnya.
Pada galeri ketiga yakni
galeri “Islamic Art” menyajikan beragam karya yang unik dan bernilai seni
tinggi, kaligrafi, mosaik, dan kraft dari berbagai belahan dunia Islam.
Karya-karya bersejarah dan karya-karya kontemporer bersenyawa dengan nafas dan
ruh yang sama.
Setelah mengitari tiga
galeri di lantai dasar maka untuk menuju dua galeri tersisa yakni galeri
keempat dan kelima di lantai dua pengunjung bisa menggunakan tangga, atau juga
bisa menggunakan lift. Galeri “Islamic Architecture” adalah galeri keempat yang
akan mempertemukan setiap pengunjung dengan desain dan arsitektur Islam selama
berabad-abad. Sedangkan pada galeri kelima atau galeri “Australian Muslim
History” menyangkut data-data awal interaksi antara muslim dengan penduduk asli
suku Aborigin. Jauh sebelum kedatangan Inggris di benua Australia, para nelayan
dari Makassar, Indonesia, telah menjalin kontak dan hubungan dagang dengan suku
Aborigin sekitar tahun 1700-an.
Islamic Museum of
Australia diresmikan pada tanggal 28 Februari lalu dan mulai terbuka untuk
publik per 3 Maret. Mulai direncanakan sejak 2010 dan secara fisik terealisasi
pada 2014 ini. Penggagasnya adalah seorang warga negara Australia keturunan Uni
Emirat Arab yakni Moustafa Fahour dan istrinya Maysaa Fahour. Luas bangunan
1500 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 2500 meter persegi. Total
biaya pembangunan mencapai 10 juta dollar Australia.
Museum yang berjarak
sekitar 11 kilometer dari pusat Kota Melbourne adalah museum Islam pertama di
Australia. Tujuan utama pembangunan museum ini selain sebagai tempat untuk
mempelajari Islam, juga sebagai jembatan kebudayaan antara Islam dan
masyarakat Australia.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar